Senin, 05 November 2018
SD N PRAWIROTAMAN menyelenggarakan WORKSHOP SPPI Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi
SD N Prawirotaman menyelenggarakan workshop SPPI Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi. Hal ini memang sejalan dengan kebijakan dinas pendidikan dan pemerintah kota Yogyakarta yang ingin mengedapankan pendidikan untuk semua. Acara ini berlangsung selama 3 hari sejak Senin 5 november 2018. Workshop ini diisi oleh pemateri dari dinas, praktisi dan beberapa guru dengan diikuti orang tua murid serta para guru.
Selasa, 30 Oktober 2018
"3 KARAKTER KSATRIA MASA KINI" oleh : Muhammad Arief Nugraha
Potret buram generasi masa kini semakin terlihat jelas dan nyata, bukan hanya dilihat satu aspek, namun sekarang dari berbagai aspek sudah mulai menjadi, inilah yang disebut sebagai krisis multidimensional. Pendidikan yang diharapkan dapat mengarahkan generasi muda menjadi lebih baik ternyata kekuatannya tak mampu menandingi cepatnya arus negatif modernisasi dan globalisasi. Bagaimana kemudian dengan kelanjutan bangsa ini kemudian jika kita melihat generasi mudanya seperti ini, ada beberapa fakta yang perlu kita cermati berikut ini,
1. Berdasarkan laporan The World Economic Forum Swedia, Indonesia memiliki daya saing pada urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvey ( Dr. Anwar, M.Pd, 2004:5 ).
2. Hasil survey yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy ( PERC ) pada tahun 2002 menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia berada pada peringkat 12, terbawah di kawasan Asean, yaitu setingkat di bawah Vietnam.
Melihat data diatas kita sendiri sudah bisa membayangkan, betapa tertinggalnya negara kita ini. Langkah yang nyata dan ekstrim memang sudah perlu kita gerakkan, karena bila dibiarkan bukan tidak mungkin lama-kelamaan Indonesia akan hancur oleh generasi mudanya sendiri. Padahal Allah SWT pun telah mengingatkan kita pentingnya generasi muda yang Kuat, seperti berikut ini “ Dan hendaklah takut ( kepada Allah ) orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak keturunan yang lemah”( QS. An-Nisa 9 )
Krisis inilah yang kemudian seharusnya direspon pemerintah dengan menitik beratkan pendidikan saat ini pada pendidikan karakter, diterapkannya pendidikan karakter bangsa yang bertujuan menciptakan siswa yang mempunyai karakter berbasis Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi : “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, disiplin dan menjadi warga negara yang demokrasi yang bertanggung jawab.”
Pendidikan karakter memang cukup luas dan kompleks, sehingga akan lebih efektif jika kita kemudian mengambil beberapa karakter utama untuk menjadi dasar kuat membangun generasi muda yang tangguh, atau bisa kita sebut membangun generasi kstaria. Pengambilan beberapa karakter ini bukan berarti kita menyisi hkan karakter yang lain, namun merupakan kebutuhan mendesak yang dibutuhkan negera kita untuk mengikis krisis multidimensional ini.
Karakter yang perlu dibangun guna menciptakan generasi kstaria di masa kini antara lain; Jujur, Kreatif dan Disiplin. Bukan tanpa alasan penulis memilih 3 karakter tersebut. Pertama Jujur, jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Jujur juga dapat diartikan bisa menjaga amanah. Jujur merupakan salah satu sifat manusia yang mulia, orang yang memiliki sifat jujur biasanya dapat mendapat kepercayaan dari orang lain. Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang, Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Kelangkaan kejujuran inilah yang menjerumuskan negara kita pada korupsi, menjerumuskan anak-anak kita pada kecurangan dalam belajar. Karakter jujur akan mengarahkan generasi ksatria kepada karakter mulia yang lain dan berani menentang kebohongan. Begitu juga Rasulullah Muhammad SAW menyatakan dengan sabdanya: "Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke sorga, begitu pula seseorang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan termaktub di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah pada kejahatan, dan kejahatan akan membewa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta, dan memperhatikan kedustaannya, sehingga tercatat di sisi Allah sebagai pendusta" (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas'ud)
Karakter kedua Kreatif, ini berarti berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang sudah dimiliki. Sesuatu yang baru sangat dekat kretaifitas, karakter ini juga memungkinkan generasi kstaria untuk bergerak mengikuti perubahan jaman dan mampu menghadapi persaingan. Karakter kreatif dapat melahirkan pribadi yang super, seperti yang disampaikan A Roe ( Kao, 1989 : 15-16 ), manusia kreatif memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut.
• Keterbukaan pada pengalaman
• Keingintahuan
• Dapat menerima perbedaan
• Independen dalam pertimbangan, pemikiran, dan tindakan
• Membutuhkan dan menerima otonomi
• Percaya diri
• Mau mengambil resiko yang telah diperhitungkan
Ketiga adalah disiplin, Tekun Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan menentukan keberhasilan seorang Siswa dalam proses belajarnya. Disiplin merupakan titik pusat dalam pendidikan, tanpa disiplin tidak akan ada kesepakatan antara Guru dan Siswa yang mengakibatkan prestasi yang dicapai kurang optimal terutama dalam belajar. Berikut adalah pendapat disiplin menurut para ahli.
Disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya (Rachman dalam bukunya Tu’u, 2004:32). Disiplin adalah satu aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Oleh itu ia hendaklah mendapat perhatian berat dari semua pihak sama ada di sekolah atau di luar sekolah (Zainal, 2009:2).
Disiplin belajar adalah hal yang sangatlah diperlukan bagi setiap siswa, dengan adanya disiplin belajar, tujuan pendidikan akan lebih mudah tercapai (Sanjaya, 2005:9).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian disiplin di atas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar adalah serangkaian perilaku seseorang yang menunjukan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan, tata tertib norma kehidupan yang berlaku karena didorong adanya kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan belajar yang diinginkan.
Pentingnya Disiplin Perilaku disiplin sangatlah diperlukan oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun, begitu juga siswa yang harus disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah, ketaatan dalam belajar, disiplin dalam mengerjakan tugas dan disiplin dalam belajar di rumah sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berikut pendapat-pendapat para ahli mengenai pentingnya disiplin. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya akan terganggu optimalisasi potensi dan prestasinya. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan kelas menjadi kurang kondisif bagi kegiatan pembelajaran.
Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anaknya dapat menjadi individu yang teratur, tertib dan disiplin.
Disiplin merupakan jalan bagi Siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran akan pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang (Tu’u, 2004:37). Hal senada pendapat lain bahwa pentingnya disiplin adalah sebagai berikut: Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Menjadi cara untuk menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan siswa terhadap lingkungannya. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lain. Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kebiasaan yang baik itu menyebabkan ketenangan jiwa dan lingkungannya (Rachman dalam Tu’u, 2004:35-36). Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pentingnya disiplin, dapat diambil kesimpulan bahwa disiplin sangatlah penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Berbagai manfaat disiplin belajar bagi siswa sangatlah terlihat, terutama disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa meraih kesuksesan dalam belajar.
Rabu, 17 Oktober 2018
UPAYA MENSUKSESKAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH MELALUI PENGELOLAAN SUDUT BACA KELAS
Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuannya, sedangkan kecerdasan dan pengetahuan di hasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang di dapat, sedangkan ilmu pengetahuan di dapat dari informasi yang diperoleh dari lisan maupun tulisan. Semakin banyak penduduk suatu wilayah yang haus akan ilmu pengetahuan semakin tinggi peradabannya. Budaya suatu bangsa biasanya berjalan seiring dengan budaya literasi, faktor kebudayaan dan peradaban dipengaruhi oleh membaca yang dihasilkan dari temuan-temuan para kaum cerdik pandai yang terekam dalam tulisan yang menjadikan warisan literasi informasi yang sangat berguna bagi proses kehidupan sosial yang dinamis. Rendahnya minat baca masyarakat kita sangat mempengaruhi kualitas bangsa Indonesia, sebab dengan rendahnya minat baca, tidak bisa mengetahui dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi di dunia, dan akhirnya akan berdampak pada ketertinggalan bangsa Indonesia.
Literasi menjadi lebih komplek (luas) dan sangat berpengaruh pada perkembangan suatu bangsa, tingginya tingkat literasi berbanding lurus dengan kemajuan suatu negara. Yaitu negara-negara yang maju memiliki skor yang tinggi berdasarkan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International Student Assessment) Sedangkan di negara-negara ASEAN nilainya jauh tertinggal. Dari laporkan hasil studi yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang disurvei (Jakarta Post, 2016).
Rendahnya minat baca di Indonesia itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa Gerakan Literasi Sekolah di Indonesia kembali digiatkan setelah beberap bulan yang lalu sempat meredup. Banyak sekolah berlomba-lomba membuat terobosan-terobosan yang berupa kegiatan-kegiatan maupun pemenuhan fasilitas yang bermuara pada Gerakan Literasi Sekolah.
Gerakan Literasi Sekolah ini saat ini sedang digiatkan kembali karena menjadi bagian materi sosialisasi Kurikulum 2013 (K13). Bahkan pada momen apapun, event apapun asal itu relevan dengan Gerakan Literasi Sekolah akan terus-menerus disosialisasikan ke sekolah-sekolah karena Gerakan Literasi Sekolah sudah di-Permendikbud-kan yaitu Permendikbud nomor: 23 Tahun 2013. Gerakan literasi Sekolah. Literasi itu sendiri memiliki makna yang sangat luas. Tidak terbatas pada kegiatan membaca, menulis atau berhitung, tetapi sudah menjadi lifeskill, termasuk juga kemampuan untuk memecahkan masalah.
Rendahnya literasi membaca tersebut akan berpengaruh pada daya saing bangsa dalam persaingan global. Kemampuan literasi sangat penting untuk keberhasilan individu dan negara dalam tataran ekonomi berbasis pengetahuan di percaturan global pada masa depan (Miller, 2016). Hal ini memberikan penguatan Gerakan Literasi Sekolah melalui kurikulum wajib baca penting untuk diterapkan dalam pendidikan di Indonesia. Salah satu alasan mengapa gerakan ini perlu digiatkan kembali sudah barang tentu karena Indonesia memiliki mimpi ingin menjadi negara yang besar dan maju.
Tujuan kurikulum wajib baca adalah sebagai berikut: a) membentuk budi pekerti luhur; b) mengembangkan rasa cinta membaca; c) merangsang tumbuhnya kegiatan membaca di luar sekolah; d) menambah pengetahuan dan pengalaman; e) meningkatkan intelektual; f) meningkatkan kreativitas; g) meningkatkan kemampuan literasi tinggi. Adapun Sasaran kurikulum wajib baca adalah peserta didik di sekolah.
Tahap-Tahap Gerakan Literasi Sekolah dalam Kurikulum Wajib Baca
Kurikulum wajib baca juga mempertimbangkan tiga tahap literasi, yakni pembiasaan (belum ada tagihan), pengembangan (ada tagihan nonakademik), dan pembelajaran (ada tagihan akademik). Dalam ketiga tahap literasi tersebut, kurikulum wajib baca dapat terwujud dalam beberapa kegiatan.
Berikut ini adalah contoh kegiatan yang dimaksudkan dengan langkah-langkahnya. Contoh Tahap Pembiasaan yaitu: wajib baca setiap hari minimal 15 menit pada waktuyang disepakati sekolah, mendekatkan bacaan dengan membuat sudut baca kelas, jam wajib kunjung perpustakaan, membacakan cerita dan lain-lain. Contoh Tahap pengembangan yaitu: mengembangkan sudut baca termasuk koleksi dan pemanfaatannya, membaca 1 jam sehari, membuat klup pecinta buku, memberikan penghargaan membaca dan lain-lain. Sedangkan tahap Pembelajaran contohnya: Membuat mading kelas, membuat resensi buku, pelatihan menulis, membaca cerita ke teman-teman, dan lain-lain.
Pembuatan, Pemeliharaan, dan Pemanfaatan Sudut Baca Kelas
Seiring dengan kurikulum wajib baca yang terus digiatkan dalam rangka mensukseskan Gerakan Literasi Sekolah, berbagai upaya dilakukan untuk melatih pembiasaan anak untuk membaca. Keberhasilan Gerakan terasi sekolah harus didukung oleh lingkungan fisik yang mendukung kegiatan literasi. Salah satunya pembuatan sudut baca pada setiap kelas. Sudut baca atau pojok baca merupakan pengelolaan koleksi buku dalam tempat tertentu /yang diletakkan di ruang kelas dengan tujuan untuk mendekatkan siswa didik dari bacaan. Koleksi yang ada di sudut baca bisa dari koleksi perpustakaan sekolah jika mencukupi atau bisa juga dari siswa didik.
Pembuatan sudut baca sendiri tidak sekedar pengumpulan koleksi saja belum cukup untuk menarik siswa mengunjungi dan beraktivitas di dalamnya. Sebuah perpustakaan kecil harus didekorasi dengan cantik sehingga siswa betah berlama-lama di dalamnya. Dengan bahan-bahan dan peralatan yang mudah didapat. Berikut pojok baca sederhana yang dapat di buat di dalam kelas:
Pemelihaan dan pengembangan sudut baca dapat dilakukan dengan secara berkala memutar koleksi ke kelas yang lain. Jika koleksi diperoleh dari siswa dan telah selesai dibaca, koleksi tersebut bisa diserahkan ke perpustakaan. Selanjutnya koleksi diganti dengan koleksi yang baru.
Sedangkan dalam pemanfaatannya dibutuhkan kerjasama, komitmen kepala sekolah, dan dukungan guru dan juga orang tua. Pemanfaatan sudut baca kelas digunakan dalam jam wajib baca minimal 15 menit membaca setiap hari pada waktu yang telah disepakati. Pembiasaan tersebut untuk menumbuhkan budaya suka akan buku dan budaya gemar membaca. Setiap hari guru yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sudut baca harus aktif menyediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi baik membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation). Pengelolaan sudut baca dapat berhasil apabila kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi, sedangkan orang tua berperan dalam melatih pembiasaan membaca di rumah dan mendukung pengembangan gerakan literasi di sekolah.
Dari hasil penelitian terkait minat baca di Indonesia yang menunjukkan hasil yang memprihatinkan. Hal tersebut perlu mendapat perhatian dari seluruh bangsa Indonesia baik pemerintah maupun seluruh rakyat Indonesia. Saat ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kebiasaan membaca pada anak dengan mengeluarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Kebijakan yang sudah ditetapkan pemerintah terkait upaya tersebut tidak lepas peran serta orang tua khususnya dalam menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak sejak dini yang berawal dari lingkungan keluarga.
Kebiasaan membaca tidak bisa dipaksakan, melainkan diawali dengan kebiasaan, diciptakan suasana yang nyaman, serta disediakan sarana dan prasarana yang mendukung anak untuk membaca. Salah satunya dengan membuat Pojok Baca Kelas pada masing-masing sekolah. Agar Pojok Baca kelas tersebut menarik dan akhirnya diminati oleh murid, diperlukan penataan dengan desain yang menarik walaupun dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Sedangkan untuk variasi koleksi diperlukan kerjasana dari berbagai pihak termask orang tua murid.
Daftar Pustaka
Sumber: Manual Pendukung Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, Kemdikbud. 2016
http://portalkurikulum.blogspot.co.id/2016
http://www.tanotofoundation.org/education/2015/09/menyulap-ruang-kecil-menjadi-pojok-baca-yang-menarik
Oleh: Sri Anik Lestari, A.Md
Senin, 26 Februari 2018
Manajemen Sekolah
KONSEP SEKOLAH UNGGUL
Oleh: Erna Kuneni
Sekolah unggul ialah sekolah yang dikembangkan guna mencapai keunggulan dalam keluaran (output) pendidikannya. Keunggulan dalam keluaran yang dimaksud meliputi kualitas dasar (daya pikir) dan penguasaan ilmu pengetahuan, baik yang lunak (ekonomi, politik, sosiologi, dsb.) maupun yang keras (matematika, fisika, kimia, biologi, astronomi) termasuk penerapannya yaitu teknologi (konstruksi, manufaktur, komunikasi, dsb.). Secara umum, sekolah unggul memiliki keunggulan-keunggulan dalam input (siswa dan masukan instrumental), proses belajar mengajar, dan output (hasil belajar) yang ditunjukkan oleh kepemilikan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Sekolah unggul memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap prestasi belajar siswanya, profesionalisasi pendidik dan tenaga kependidikan menjadi fokus perhatian. Proses belajar mengajar yang efektif menjadi fokus perhatian sekolah. Kepemimpinan dan manajemen sekolah sangat professional. Sekolah mempertanggungjawabkan hasil belajar kepada publik (akuntabilitas). Visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah dimiliki bersama oleh warga sekolah. Selain itu, sekolah unggul juga ditujukan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan atau kompetensi untuk menghadapi era globalisasi, yaitu: (1) memiliki kemampuan dasar yang kuat dan luas, (2) mampu mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dan informasi (3) mampu meng-komunikasikan ide dan informasi. Sekolah harus dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan.
Keunggulan akan dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal. Baik tenaga pendidik, tenaga administrasi, pengembang kurikulum, kepala sekolah, dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk keunggulan sekolah. Kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin, serta seimbang. Kedua komitmen tinggi untuk unggul yang dipegang oleh staf administrasi, guru, dan kepala sekolah untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk berkontribusi dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul. Membangun komitmen bersama adalah langkah awal dan penting untuk memulai proses menuju sekolah unggul. Ketiga, guru sebagai pendidik harus memiliki kompetensi setidaknya sbb: (1) terampil menggunakan model mengajar berdasarkan penelitian (2) bekerja secara tim dalam merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan masalah,(3) sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran yang efisien, dan (5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggota masyarakat lain demi pembelajaran siswa. Keempat , kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semua guru mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan keterampilan. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan kurikulum dengan ketersediaan waktu.
Kunci keberhasilan dalam hal ini adalah mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun mengetahui niat itu.Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1) organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang terstruktur, dan(4) praktik mengajar yang adaptif dan fleksibel. Kelima lingkungan yang aman dan teratur, bersuasana tertib, bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis, tidak opresif tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari agar berperilaku aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative learning ), menghargai kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suasana sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas,semangat kerja, dan kepuasan guru dan siswa. Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua memahami misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan dalam program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian, sekolah tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota keluarga sekolah yang dihargai dan dilibatkan. Dengan melibatkan mereka pada kegiatan ekstra di akhir pekan (extra school ) misalnya, siswa sadar bahwa orang tuanya menghargai kegiatan pendidikan,sehingga mereka pun menghargai pendidikan yang dilakoninya. Upacara-upacara yang dihadiri orang tua sesungguhnya merupakan kesempatan untuk membangun citra sekolah dan untuk merayakan visi dan misi. Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala Kemajuan siswa dimonitor terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk memperbaiki perilaku dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum secara keseluruhan. Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan dokumentasi hasil monitoring secara terus- menerus. Evaluasi penguasaan materi pelajaran secara perlahan bergeser dari tes baku menuju tes berdasar kurikulum dan berdasar kritera.
http://manajemensekolah22.blogspot.co.id/
Langganan:
Postingan (Atom)